Pages

Kisah Aisyah binti Abu Bakar Salah Satu Wanita Abadi Dalam Al-Qur'an

Wanita Abadi Dalam Al-Qur'an


       Assalamualaikum akhi ukhti sore ini saya akan membagikan kisah tentang salah satu wanita yang namanya diabadikan di dalam Al-Qur'an yaitu Aisyah binti Abu Bakar langsung saja guys inilah kisahnya (jeng jeng jeng jeng).




إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِالإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْ لاَ تَحْسَبُوهُ شَرّاً لَّكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِىءٍ مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الإِثْمِ وَالَّذِى تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ   

Sebab Turunnya Ayat
Ulama tafsir dari hadits menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa haditsul ifki (berita bohong). Berita bohong itu menyangkut diri Aisyah binti bu Bakar r.a, istri Rasulullah SAW. Aisyah digosipkan berbuat tercela karena beliau pulang naik onta yang dituntun seorang laki-laki bernama Safwan bin Mu’aththal As-Sulamiy.

        Saat itu,Rasulullah SAW dan pasukan umat Islam baru selesai berperang dalam suatu peperangan. Rasulullah SAW dalam perjalanan itu ditemani Aisyah r.a. Aisyah yang tubuhnya kurus dan ringan dibawa dalam sebuah sekedup yang diangkat oleh beberapa orang. Setelah perang usai,saat pasukan beranjak pulang. Aisyah pergi ke suatu tempat untuk menunaikan hajatnya. Ketika akan kembali ke rombongan, Aisyah kehilangan kalungnya, sehingga  ia sibuk mencarinya. Sementara itu, para petugas pembawa sekedup Aisyah tidak mengeetahui bahwa Aisyah sedang berada di luar sekedup. Mereka menyangka Aisyah masih di dalamnya karena memang tubuhnya begitu ringan. Akhirnya, tertinggalah Aisyah dari rombongan. Setelah menemukan kalungnya, Aisyah kembali ke tempat pemberhentian pasukan, namun ia tidak berjumpa dengan seorang pun. Karena mengantuk,Aisyah pun tertidur di tempat tersebut. Saat itu hari masih pagi.

       Beberapa saat kemudian, lewatlah Shafwan bin Mu’athtal As-Sulamiy. Ia tertinggal dari pasukan kaum Muslimin dan hendak menyusul mereka dengan naik unta. Safwan pernah melihat Aisyah ketika hijab belum turun. Ketika melihat Aisyah,spontan Safwan berucap : “inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”. Mendengar itu,Aisyah terbangun lalu segera menutup wajah dengan jilbabnya. Saat itu, tidak ada perkataan apa pun yang diucapkan Safwan selain kalimat istrija’ tersebut.

       Kemudian, Safwan menderumkan untanya sehingga Aisyah bisa naik dan menunggangi unta itu. Berangkatlah Aisyah dengan menunggang unta yang dituntun oleh Safwan. Mereka berdua akhirnya dapat menyusul pasukan umat Islam pada siang hari.
Peristiwa inilah yang dijadikan bahan gunjingan oleh orang-orang munafik. Mereka menghasut orang-orang muslim untuk berprasangka buruk terhadap Aisyah. Sebagian orang muslim termakan juga oleh gosip ini. Mereka pun lantas turut menyebarkan gosip kepada masyarakat Madinah.

       Namun,Aisyah sendiri baru mengetahui perihal gosip tentang dirinya setelah berita bohong ini sudah tersebar beberapa lama. Aisyah mengetahuinya dari kawannya yang bernama Ummi Misthah bin Atsatsah. Aisyah sungguh sedih dan terpukul mengetahui peristiwa ini.
Hal ini menyebabkan Rasulullah SAW merasa amat sedih dan terganggu. Sayangnya, wahyu dari Allah yang diharapkan memberikan jawaban persoalan besar ini belum juga turun. Beliau pun meminta pendapat para sahabat.

        Usamah bin Zaid memberikan kesaksian bahwa tidak ada yang ia ketahui dari keluarga Nabi kecuali kebaikan saja. Sementara, Ali bin Abi Thalib menyarankan agar Beliau bertanya kepada pembantu. Rasulullah pun bertanya kepada pembantu Aisyah tidak lebih dari seorang gadis belia yang amat lugu.

        Di hadapan kaum Muslimin pun Rasulullah menyatakan keresahannya. Beliau mempertanyakan bukti atas tuduhan itu. Beliau menyatakan bahwa laki-laki yang datang bersama Aisyah itu merupakan laki-laki yang baik yang tidak pernah menemui istri Beliau kecuali bersama Beliau. Saat itulah Sa’ad  bin Mu’adz, sahabat beliau yang juga pemuka kaum Aus, menyatakan bahwa ia akan membantu Rasulullah dalam menghadapi orang-orang yang menuduh. Kata Sa’ad  bin Mu’adz, “Jika ia dari Aus,akan kami penggal lehernya. Bila ia dari golongan Khazraj, berilah perintah, kami akan melaksanakannnya.”

       Pernyataan yang tajam ini ditanggapi oleh Sa’ad  bin Ubadah, sahabat Nabi dan pemuka Khazraj, “Kamu dusta!Jika ia dari kelompokmu, kamu tidak akan tega membunuhnya.” Selanjutnya Usaid bin Hidhir, anak paman Sa’ad  bin Mu’adz, membalas ucapan Sa’ad bin Ubadah itu: “Kamu yang dusta.Sungguh,kami akan membunuhnya. Kamu adalah orang munafik yang hendak membela orang miunafik.” Akhirnya,pertengkaran sengit pun terjadi di antara para sahabat,di hadapan Rasulullah SAW. Namun, akhirnya Rasulullah SAW berhasil meredakannya.

      Hingga suatu hari Rasulullah SAW pun berkata kepada Aisyah, bahwa beliau memperoleh berita demikian dan demikian. “ Bila engkau bebas, Allah akan menyatakan kebebasanmu. Jika engkau melakukan dosa,mohon ampunlah kepada Allah dan bertobatlah kepadaNya”. Betapa sedihnya Aisyah mendengarnya. Ia pun membela diri, dan menyatakan bahwa Allah mengetahui bahwa dirinya tidak melakukannya. Lalu, Aisyah mengutip perkataan Ayahanda Nabi Yusuf a.s. :”… Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimintai pertolongan terhadap apa yang kalian ceritakan.” (QS Yusuf :18)

       Tak lama setelah itu, turunlah wahyu Allah yang membebaskan Aisyah dari tuduhan dusta tersebut, Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu ialah dari golonganmu juga …(QS An-Nur :11-17)

Riwayat Hidup Aisyah r.a.
Aisyah merupakan putri Abu Bakar r.a. Nasab Aisyah bertemu dengan Rasulullah SAW pada orang yang bernama Murrah bin Ka’ab bin Lu’aiyy. Rasulullah menikah dengan Aisyah setelah Khadijah, istri beliau yang pertama wafat. Aisyah menjadi istri Rasulullah SAW dalam usia yang sangat muda. Ketika Rasulullah SAW wafat, Aisyah baru berumur 18 tahun. Aisyah wafat pada tahun 57 H.

Keutamaan Aisyah r.a.
Aisyah dikenal sebagai wanita yang gemar bersedekah kepada orang-orang fakir dan miskin, suka menzahirkan nikmat Allah, dan menyebut-nyebutnya dalam rangka mensyukurinya. Beliau juga dikenal sebagai orang yang mampu memberikan khutbah dengan baik dan komunikatif, sebagaimana diakui oleh sahabat Ahnaf bin Qais, Musa bin Thalhah, dan Beliau juga dikenal sebagai ahli ilmu syari’at dan tafsir AlQur’an. Aisyah banyak memberikan penjelasan tentang persoalan syari’at yang berkaitan dengan kewanitaan, hubungan suami istri, atau kerumahtanggaan. Beliau pun seringkali memberikan penjelasan terkait tafsir suatu ayat AlQur’an. Sebagai contoh, Ubaid bin Umair pernah bertanya kepada Aisyah tentang maksud firman Allah di Surah Al Baqarah ayat 225:
Mu’awiyah.

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah)”

Aisyah pun menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah perkataan manusia “Tidak,demi Allah” atau “Ya, Demi Allah”, yang terucap tanpa disengaja dalam hati.

        Selain itu, beliau juga dikenal sebagai perawi hadits. Aisyah meriwayatkan 2210 hadits dari Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Fathimah Az-Zahra, Sa’ad bin Abi Waqqash, Hamzah bin Umarah Al Islami, dan Jadzamah binti Wahab. Dari jumlah itu, sebanyak 27 hadits dikemukakan dalam kitab shahihain dan hadits yang kualitasnya muttafaq’alaih sebanyak 174 hadits.

        Rasulullah SAW, menyatakan,”Ambillah dua pertiga agama kalian dari Al Humaira’(Aisyah). “ Beliau juga menyatakan,”Keutamaan Aisyah dibandingkan wanita yang lain adalah seperti keutamaan tsarid (makanan yang berupa daging dan roti) dibanding makanan yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas)

Disamping itu,dengan menilik kisah haditsul ifki yang menimpa Aisyah, kita menyaksikan betapa beliau sabar dalam menjalani ujian dari Allah SWT.

Thanks For Reading semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Aisyah binti Abu Bakar :)










sumber : https://seriussantai.wordpress.com/wanita-wanita-abadi-dalam-al-quran/

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

Naruto Uzumaki Shoulder Pump